Bagate adalah istilah orang manado untuk
kegiatan mengkonsumsi minuman keras, atau mabuk-mabukan. Tentu saja banyak
dampak negatif dari kegiatan Bagate ini, seperti penyebab kerusakan otak, penglihatan kabur, gangguan pernapasan, kerusakan hati, kelemahan otot, impotensi, osteophorosis, dan lain sebagainya.
Telah banyak penelitian dan himbauan dari berbagai pihak tentang bahaya dari minuman keras, tapi anehnya aktivitas bagate ini masih banyak dilakukan masyarakat. Walaupun sedih untuk mengatakan, tapi sepertinya
bagate sudah menjadi suatu kebiasaan.
bagate sudah menjadi suatu kebiasaan.
Apa
so itu kebiasaan ?
Kebiasaan adalah aktivitas yang kita
lakukan berulang-ulang pada suatu waktu. Karena berulang-ulang kali dilakukan,
aktivitas ini akhirnya menjadi otomatis
ketika waktunya datang. Contohnya, saat ingin masuk ke rumah, kita otomatis
melepas alas kaki. Saat selesai makan, perokok otomatis mencari rokok. Dan saat
masalah datang, pemabuk otomatis mencari minuman keras.
Walaupun sulit, mengubah suatu kebiasaan
bukanlah tidak mungkin. Sesungguhnya kebiasaan yang kita miliki adalah hasil
dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Awalnya kitalah yang membentuk
kebiasaan, dan pada akhirnya kebiasaanlah yang membentuk kita.
Menyuruh orang untuk brenti bagate, berarti menyuruh dia
untuk mengubah kebiasaan bersahabat
dengan minuman keras.
Kemarin saya melihat video dari A.J Hoge
di youtube tentang “7 essential step for change and
leadership”. Dari 7 tips yang dia berikan, saya pikir intinya ada 5 tips
yang bisa kita terapkan, agar membantu teman-teman untuk Brenti Bagate.
1. Sadari.
Orang yang menganggap bagate adalah suatu aktivitas yang gaul,
tidak berbahaya, bahkan mengasyikkan, akan sulit melaksanakan himbauan untuk
brenti bagate.
Ada semacam keyakinan
yang salah di dalam otaknya, sebuah pola yang terlanjur terbentuk. Yang
berbahaya jika tidak ada yang merubahnya.
Hal pertama yang perlu
kita lakukan tentunya adalah menyadari,
terlalu banyak kerugian yang akan kita dapatkan jika masih mabuk-mabukan.
Lihatlah ke sekitar kita, berbagai kasus kriminal yang terjadi, awalnya hanya
dari secangkir minuman keras.
Kita harus berpikir
dengan akal sehat, kalaupun ada kebaikan dari minuman keras, itu tidak seberapa
dengan banyaknya kerugian yang ditimbulkan.
Melalui kesadaran diri,
ada langkah pertama kita untuk berubah.
2. Emosi.
Berapa banyak orang
yang mengetahui bahaya minuman keras, tapi masih mengkonsumsinya?
Pada kondisi tertentu,
mengetahui saja tidak cukup. Kita memerlukan Emosi.
Saya yakin diantara
kita pasti pernah melakukan sesuatu lebih karena emosi, bukan karena logika.
Coba di ingat-ingat, *senyum-senyum sendiri* hehe
EMOSI adalah kekuatan
besar dari manusia untuk bergerak, melakukan sesuatu. Saya tak ingin
menjelaskan lebih mendalam tentang emosi, anda bisa mengetahuinya di tempat
lain dengan membaca berbagai buku. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Emosi
diperlukan untuk membantu kita brenti bagate.
Teringat dengan cerita
seorang teman, setelah sadar dari bagate, tangan kanannya patah, ternyata saat
mabuk semalam dia menjadikan tembok rumah sebagai sasaran pukul, saat mabuk dia
seperti Manusia Super yang berani melakukan hal (bodoh) apa saja, nanti pada
saat pengaruh alkohol hilang, barulah dia sadar. Butuh waktu berminggu-minggu
untuk menyembuhkan tangannya. Menurut pengakuannya, dia menyesal.
Anda tentu pernah
mendengar cerita yang mirip, atau bahkan lebih parah dari itu.
Tidak hanya tangan yang
menjadi korban, tapi NYAWA juga bisa melayang.
Maukah kita, jika diri kita yang menjadi korban ?
Maukah kita, jika pasangan kita yang menjadi korban ?
Maukah kita, jika orang tua kita yang menjadi korban ?
Penyesalan
itu selalu datang terlambat kawan,
Jangan Sampai kita
menyadarinya disaat semua sudah terlambat.
3. Bandingkan
Sudah menjadi naluri
alamiah manusia untuk membandingkan dirinya dengan orang lain.
“Toh masih ada yang
lebih gendut dari saya, makan 2 piring lagi juga tidak mengapa.”
“Toh masih ada yang
lebih parah merokok dari saya, jadi satu bungkus rokok lagi tidak mengapa.”
“Toh saya belum pernah
membunuh orang saat mabuk, jadi walaupun mabuk lagi tidak mengapa.”
Sejelek apapun kita,
jika mau membandingkan dengan orang lain, pasti akan kita temukan orang yang
lebih parah.
Hal ini lah yang
membuat kita malas untuk berubah.
Jadi bagaimna caranya?
Lakukan
sebaliknya, bandingkan dengan orang yang lebih
baik. Maka kita akan menyadari betapa kurangnya kita. Dari sini kita akan
mendapatkan semacam suntikan motivasi untuk berubah lebih baik.
Tapi harus
diperhatikan, cara ini harus dalam takarannya, jangan sampai membandingkan diri
dengan orang lain malah membuat kita iri ataupun dengki.
Tips ini lebih seperti
pisau bermata dua, akan berbahaya jika salah kita gunakan, tapi akan sangat
bermanfaat jika digunakan dengan tepat.
4. Hukuman
Bayangkan jika di dunia
tak ada yang namanya polisi, penjara. Penjahat-penjahat akan bertumbuh semakin
banyak. Ada penegak hukum saja penjahat masih banyak, apalagi jika tidak ada?
Hukuman memegang
peranan penting mencegah seseorang dari melakukan sesuatu, jika pencuri tak
akan dihukum, dan dimasukkan ke penjara. Akan banyak orang yang sukarela
mengganti pekerjaan menjadi pencuri.
Biasanya, hukuman
diberikan saat kejahatan telah dilakukan. Tapi kali ini berbeda. Kita sendiri
yang menjadi “penegak hukum”. Kita sendiri yang membuat aturan. Berilah hukuman
lebih awal, pada saat akan melakukan.
Ya, jika baru berniat
untuk melakukan saja kita sudah dihukum, kemungkinan besar kita tidak akan
melanjutkan kegiatan tersebut.
Ada tips sederhana,
menurut A.J. Hoge ada sebuah organisasi untuk menghilangkan kecanduan merokok.
Ia mewajibkan anggotanya untuk menggunakan karet gelang di pergelangan tangannya.
Saat baru memegang rokok saja, anggota di perintahkan untuk menarik karet
gelang tersebut sejauh-jauhnya, dan melepaskannya. Hehe, bisa terbayang
bagaimana sakitnya kan?
Rasa sakit tersebut
seperti “menyadarkan” peserta bahwa kegiatan merokok yang akan dia lakukan
adalah salah. Akibatnya ia tidak jadi meneruskan merokok dan memilih melakukan
aktivitas yang lain.
Saya rasa dari contoh
diatas, teman-teman sudah bisa membayangkan hukuman kreatif apa yang akan kita
terapkan, pada saat baru memegang botol minuman keras. Hehe
5. Penghargaan
Maukah anda bekerja di
suatu perusahaan tanpa digaji ? tanpa di berikan penghargaan sama sekali? Umumnya
akan menjawab tidak.
Naluri untuk
mendapatkan penghargaan adalah sesuatu yang wajar. Kita pasti akan lebih senang
melakukan sesuatu jika diberikan penghargaan yang layak.
Setelah kita menghukum
diri kita pada saat ingin melakukan aktivitas yang merugikan seperti bagate,
berikanlah penghargaan saat kita berhasil.
Pernah menonton sepak
bola? Perhatikan saat pemain berhasil mencetak gol. Mereka melakukan selebrasi
untuk melampiaskan kegembiraanya. Selebrasi seperti itu adalah contoh
penghargaan yang sederhana.
Lakukanlah selebrasi,
berilah penghargaan pada diri kita di saat berhasil menghindari minuman keras,
sekecil apapun itu. Hal ini, menurut A.J. Hoge akan membentuk pola di dalam
otak kita bahwa : menghindari minuman
keras adalah kebaikan. Semakin
sering kita melakukan itu, semakin tertanam jelas di dalam benak kita.
Demikian
tulisan saya tentang 5 tips brenti bagate.
Tips-tips
diatas hanya akan menjadi sekedar tulisan jika tidak kita praktekkan.
Perubahan
memang tidak mudah kawan,
diperlukan tekad yang kuat untuk itu.
Tapi
yakinlah, kerja keras kita pasti akan terbalas.
Untuk
hidup yang lebih "sehat", benar yang dikatakan pemerintah, Brenti
jo Bagate !!
sumber :
http://stopalkohol.blogspot.com/
http://miemie14.wordpress.com/category/aj-hoge-7-essential-step/
Ulasan yang menarik dan menantang :) Mantap
BalasHapusterima kasih atas komentarnya pak :)
BalasHapusLuar Biasaaaa... untungnya saya bukan seorang pemabuk... ^_^
BalasHapus