Sabtu, 25 Agustus 2012

5 Tips Brenti Bagate.



 
Bagate adalah istilah orang manado untuk kegiatan mengkonsumsi minuman keras, atau mabuk-mabukan. Tentu saja banyak dampak negatif dari kegiatan Bagate ini, seperti penyebab kerusakan otak, penglihatan kabur, gangguan pernapasan, kerusakan hati, kelemahan otot, impotensi, osteophorosis, dan lain sebagainya.
Telah banyak penelitian dan himbauan dari berbagai pihak tentang bahaya dari minuman keras, tapi anehnya aktivitas bagate ini masih banyak dilakukan masyarakat. Walaupun sedih untuk mengatakan, tapi sepertinya
bagate sudah menjadi suatu kebiasaan.
Apa so itu kebiasaan ?
Kebiasaan adalah aktivitas yang kita lakukan berulang-ulang pada suatu waktu. Karena berulang-ulang kali dilakukan, aktivitas ini akhirnya menjadi otomatis ketika waktunya datang. Contohnya, saat ingin masuk ke rumah, kita otomatis melepas alas kaki. Saat selesai makan, perokok otomatis mencari rokok. Dan saat masalah datang, pemabuk otomatis mencari minuman keras.
Walaupun sulit, mengubah suatu kebiasaan bukanlah tidak mungkin. Sesungguhnya kebiasaan yang kita miliki adalah hasil dari apa yang kita lakukan sebelumnya. Awalnya kitalah yang membentuk kebiasaan, dan pada akhirnya kebiasaanlah yang membentuk kita.
Menyuruh orang untuk brenti bagate, berarti menyuruh dia untuk mengubah kebiasaan bersahabat dengan minuman keras.

Kemarin saya melihat video dari A.J Hoge di youtube tentang “7 essential step for change and leadership”. Dari 7 tips yang dia berikan, saya pikir intinya ada 5 tips yang bisa kita terapkan, agar membantu teman-teman untuk Brenti Bagate.
1.      Sadari.
Orang yang menganggap bagate adalah suatu aktivitas yang gaul, tidak berbahaya, bahkan mengasyikkan, akan sulit melaksanakan himbauan untuk brenti bagate.

Ada semacam keyakinan yang salah di dalam otaknya, sebuah pola yang terlanjur terbentuk. Yang berbahaya jika tidak ada yang merubahnya.

Hal pertama yang perlu kita lakukan tentunya adalah menyadari, terlalu banyak kerugian yang akan kita dapatkan jika masih mabuk-mabukan. Lihatlah ke sekitar kita, berbagai kasus kriminal yang terjadi, awalnya hanya dari secangkir minuman keras.

Kita harus berpikir dengan akal sehat, kalaupun ada kebaikan dari minuman keras, itu tidak seberapa dengan banyaknya kerugian yang ditimbulkan.

Melalui kesadaran diri, ada langkah pertama kita untuk berubah.

2.      Emosi.
Berapa banyak orang yang mengetahui bahaya minuman keras, tapi masih mengkonsumsinya?
Pada kondisi tertentu, mengetahui saja tidak cukup. Kita memerlukan Emosi.

Saya yakin diantara kita pasti pernah melakukan sesuatu lebih karena emosi, bukan karena logika. Coba di ingat-ingat, *senyum-senyum sendiri* hehe

EMOSI adalah kekuatan besar dari manusia untuk bergerak, melakukan sesuatu. Saya tak ingin menjelaskan lebih mendalam tentang emosi, anda bisa mengetahuinya di tempat lain dengan membaca berbagai buku. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Emosi diperlukan untuk membantu kita brenti bagate.

Teringat dengan cerita seorang teman, setelah sadar dari bagate, tangan kanannya patah, ternyata saat mabuk semalam dia menjadikan tembok rumah sebagai sasaran pukul, saat mabuk dia seperti Manusia Super yang berani melakukan hal (bodoh) apa saja, nanti pada saat pengaruh alkohol hilang, barulah dia sadar. Butuh waktu berminggu-minggu untuk menyembuhkan tangannya. Menurut pengakuannya, dia menyesal.

Anda tentu pernah mendengar cerita yang mirip, atau bahkan lebih parah dari itu.
Tidak hanya tangan yang menjadi korban, tapi NYAWA juga bisa melayang.

Maukah kita, jika diri kita yang menjadi korban ?
Maukah kita, jika pasangan kita yang menjadi korban ?
Maukah kita, jika orang tua kita yang menjadi korban ?

Penyesalan itu selalu datang terlambat kawan,
Jangan Sampai kita menyadarinya disaat semua sudah terlambat.

3.      Bandingkan
Sudah menjadi naluri alamiah manusia untuk membandingkan dirinya dengan orang lain.

“Toh masih ada yang lebih gendut dari saya, makan 2 piring lagi juga tidak mengapa.”

“Toh masih ada yang lebih parah merokok dari saya, jadi satu bungkus rokok lagi tidak mengapa.”

“Toh saya belum pernah membunuh orang saat mabuk, jadi walaupun mabuk lagi tidak mengapa.”

Sejelek apapun kita, jika mau membandingkan dengan orang lain, pasti akan kita temukan orang yang lebih parah.
Hal ini lah yang membuat kita malas untuk berubah.

Jadi bagaimna caranya?
Lakukan sebaliknya, bandingkan dengan orang yang lebih baik. Maka kita akan menyadari betapa kurangnya kita. Dari sini kita akan mendapatkan semacam suntikan motivasi untuk berubah lebih baik.
Tapi harus diperhatikan, cara ini harus dalam takarannya, jangan sampai membandingkan diri dengan orang lain malah membuat kita iri ataupun dengki.
Tips ini lebih seperti pisau bermata dua, akan berbahaya jika salah kita gunakan, tapi akan sangat bermanfaat jika digunakan dengan tepat.

4.      Hukuman
Bayangkan jika di dunia tak ada yang namanya polisi, penjara. Penjahat-penjahat akan bertumbuh semakin banyak. Ada penegak hukum saja penjahat masih banyak, apalagi jika tidak ada?

Hukuman memegang peranan penting mencegah seseorang dari melakukan sesuatu, jika pencuri tak akan dihukum, dan dimasukkan ke penjara. Akan banyak orang yang sukarela mengganti pekerjaan menjadi pencuri.

Biasanya, hukuman diberikan saat kejahatan telah dilakukan. Tapi kali ini berbeda. Kita sendiri yang menjadi “penegak hukum”. Kita sendiri yang membuat aturan. Berilah hukuman lebih awal, pada saat akan melakukan.
Ya, jika baru berniat untuk melakukan saja kita sudah dihukum, kemungkinan besar kita tidak akan melanjutkan kegiatan tersebut.

Ada tips sederhana, menurut A.J. Hoge ada sebuah organisasi untuk menghilangkan kecanduan merokok. Ia mewajibkan anggotanya untuk menggunakan karet gelang di pergelangan tangannya. Saat baru memegang rokok saja, anggota di perintahkan untuk menarik karet gelang tersebut sejauh-jauhnya, dan melepaskannya. Hehe, bisa terbayang bagaimana sakitnya kan?

Rasa sakit tersebut seperti “menyadarkan” peserta bahwa kegiatan merokok yang akan dia lakukan adalah salah. Akibatnya ia tidak jadi meneruskan merokok dan memilih melakukan aktivitas yang lain.

Saya rasa dari contoh diatas, teman-teman sudah bisa membayangkan hukuman kreatif apa yang akan kita terapkan, pada saat baru memegang botol minuman keras. Hehe

5.      Penghargaan
Maukah anda bekerja di suatu perusahaan tanpa digaji ? tanpa di berikan penghargaan sama sekali? Umumnya akan menjawab tidak.

Naluri untuk mendapatkan penghargaan adalah sesuatu yang wajar. Kita pasti akan lebih senang melakukan sesuatu jika diberikan penghargaan yang layak.

Setelah kita menghukum diri kita pada saat ingin melakukan aktivitas yang merugikan seperti bagate, berikanlah penghargaan saat kita berhasil.

Pernah menonton sepak bola? Perhatikan saat pemain berhasil mencetak gol. Mereka melakukan selebrasi untuk melampiaskan kegembiraanya. Selebrasi seperti itu adalah contoh penghargaan yang sederhana.

Lakukanlah selebrasi, berilah penghargaan pada diri kita di saat berhasil menghindari minuman keras, sekecil apapun itu. Hal ini, menurut A.J. Hoge akan membentuk pola di dalam otak kita bahwa : menghindari minuman keras adalah kebaikan. Semakin sering kita melakukan itu, semakin tertanam jelas di dalam benak kita.



Demikian tulisan saya tentang 5 tips brenti bagate.
Tips-tips diatas hanya akan menjadi sekedar tulisan jika tidak kita praktekkan.
Perubahan memang tidak mudah kawan, diperlukan tekad yang kuat untuk itu.
Tapi yakinlah, kerja keras kita pasti akan terbalas.

Untuk hidup yang lebih "sehat", benar yang dikatakan pemerintah, Brenti jo Bagate !!

sumber :
http://stopalkohol.blogspot.com/ 
http://miemie14.wordpress.com/category/aj-hoge-7-essential-step/

3 komentar:

  1. Ulasan yang menarik dan menantang :) Mantap

    BalasHapus
  2. terima kasih atas komentarnya pak :)

    BalasHapus
  3. Luar Biasaaaa... untungnya saya bukan seorang pemabuk... ^_^

    BalasHapus