Di rumah ada tamu tak diudang. Parahnya,
tamu tersebut tak bisa di usir dengan kata-kata. Selain tak diundang, makhluk
ini juga sangat mengganggu. karena mereka, malam-malam saya harus diisi dengan
permainan hide and seek.
Makhluk itu adalah tikus.
Setiap malam, ruang makan sudah jauh
dari kata sepi. Perabot-perabot yang berada di dalam maupun di atas almari
selalu bergerak karena dijadikan taman bermain para tikus.
Karena bosan dengan kondisi itu, saya
akhirnya menyatakan perang dengan tikus.
Senjata yang biasa dipakai umumnya ada
dua, dengan racun, atau dengan lem tikus.
Kelemahan dari racun tikus adalah
mencari tubuh si makhluk pengerat, bisa saja si tikus mati saat berada diatas
atap. Dan malah menyulitkan untuk membuang mayat yang sudah mengeluarkan bau
super tak enak tersebut.
Akhirnya lem tikus dipilih sebagai
senjata perang kali ini.
Mini market terdekat menjadi tujuan, lem
tikus segera di beli. Melihat lem tikus tersebut, teringat dengan lem super
yang di pakai kemarin saat kasus kunci bengkok. Apa sih perbedaan lem tikus dan
lem super? Rasa ingin tahu saya bertanya.
Pada lem super (super glue). Struktur lemnya
cair, cepat bereaksi dan mengeras jika terkena udara. Ternyata lem ini terbuat
dari bahan inti yang bernama Cyanoacrylate (CA). bahan tersebut memiliki daya rekat yang cepat dan sangat kuat. Namun Cyanoacrylate dapat luluh dengan Acetone dan Air hangat.
Untuk lem tikus, strukturnya lebih
kental, terlihat seperti jelly, dan tidak akan mengeras walaupun terkena udara.
Berdasarkan http://dr-plant.blogspot.com/2011/10/lem-tikus.html Lem tikus ternyata dapat dibuat dengan komposisi sebagai
berikut:
Gondorukem 40%, oli/minyak 35%, latex
20%
Gondorukem adalah olahan getah hasil
sadapan pada batang pinus. Latex adalah getah kental, seringkali mirip susu
yang dihasilkan banyak tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas.
Sedangkan oli adalah bahan yang biasa digunakan pada motor sebagai pelumas.
Pada malam harinya, waktu dimana perang
terjadi. Persiapan telah dilakukan, lem tikus sudah di letakkan di atas
tripleks. Pemilihan tempat strategis untuk meletakkan perangkap menjadi kunci
keberhasilan perang ini.
Tak sampai 15 menit setelah lampu ruang
makan dipadamkan. Bunyi tikus yang meronta berusaha melepaskan diri terdengar.
Perangkap berhasil memakan korban.
Membunuh tikus yang meronta itu tak
semudah membunuh nyamuk. Diperlukan kayu yang cukup keras untuk membuat tikus
tidak bergerak lagi.
Walaupun hanya tikus, perasaan membunuh
makhluk bernyawa sepertinya membuat hati ini tidak setentram biasanya. Tapi
setelah dipikir dengan logika, tikus pengganggu di rumah itu adalah hama,
merusak berbagai perabot, dan juga mengundang penyakit. Setelah bertanya dengan
ustadz pun, diketahui bahwa tikus adalah salah satu hewan yang tidak mengapa
untuk dibunuh, bahkan dianjurkan.
Perasaan lega akhirnya muncul,
berdasarkan logika, emosi maupunn Agama. Hama tikus memiliki semua kriteria
untuk dibasmi. Hehe
Sudah 2 malam perang dengan tikus
berlangsung, 4 ekor tikus telah berhasil dibasmi. Tapi mereka belum habis, di
dapur masih terdengar beberapa tikus yang bermain-main.
Perangkap kembali dipersiapkan.
Perang dengan tikus
belum berakhir.
0 komentar:
Posting Komentar